Wilayah di utara kota Tebing Barat yang bernama Qalqilia, sejak beberapa tahun lalu telah dikelilingi oleh dinding yang tinggi. Sudah lebih dari 35 mil persegi tanah milik rakyat Palestin itu diambil secara paksa oleh pendudukan haram Israel. Kota yang pada awalnya luas itu kini tidak lagi cukup untuk menjadi tempat hidup, bahkan demakin menuju kepada kematian.
Di sana sudah tidak ada ruang lagi bagi kuburan. Qalqilia kini menjerit dan meminta tolong untuk diselamatkan sebelum kota itu runtuh.
Ketua Daerah Qalqilia menjelaskan bahawa masa depan kota tersebut sangat terancam. Qalqilia benar-benar dikepung seluruhnya. Kota ini terasing di belakang tembok pemisah dan sentiasa berada di bawah pengawasan pos pemeriksaan.
“Pada awalnya, kota ini masih nampak di peta meskipun kecil. Namun kini, luas kota Qalqilia semakin menyempit. pembangunan rumah-rumah penduduk hanya diperbolehkan berdiri empat kilometer dari dinding pemisah. Sedangkan terdapat 50000 penduduk yang tinggal disini. Mereka semua bergerak bersama-sama dalam ruangan yang amat sempit ini.” ulasnya.
Sangat menyedihkan. Rasanya tidak ada kota di mana pun di dunia ini yang senasib seperti Qalqilia. Bahkan disini orang mati pun tidak mempunyai tempat, kecuali jika membuka kuburan baru di atas kuburan yang lama di tapak perkuburan utama kota. “Kami tidak upaya lagi membuka kubur tambahan. Semua tanah telah di rancang melalui pelan induk yang diperuntukkan bagi bangunan penempatan.” Tambah Ketua Daerah Qalqilia tersebut.
Sudah jelas menunjukkan tembok pemisah yang di bina oleh Yahudi Israel telah memberi kesan buruk kepada penduduk Qalqilia. Ketua daerah Qalqilia tersebut berkata, “Apa pun yang kita katakan tentang kesan dinding apartheid ini, kita tidak dapat menutupi sebuah kenyataan bahawa daerah dan bandar ini telah menjadi penjara terbesar di dunia. Bayangkan, ada lebih dari lima puluh ribu warga yang bergerak di dalamnya dan saya sendiri terkejut melihat betapa dunia tidak mampu menghentikan kejahatan yang dilakukan terhadap warga kota kami setiap harinya. Ini adalah kehidupan di bawah tekanan, dan tidak ada seorang pun dapat bergerak tanpa pengawasan dari penjajah Israel. Ini adalah tragedi yang nyata bagi orang-orang yang hidup di antara empat dinding, tanpa diperbolehkan untuk memperluas wilayahnya. ”
Tragedi Qalqilia ternyata belum mampu mengetuk banyak pihak terutama negara-negara besar untuk dapat memberikan tekanan terhadap Israel atas kejahatan kemanusiaan yang selalu dipertontonkan hari demi hari. Mungkin masih banyak lagi pihak yang belum mengetahui lebih dekat nasib penduduk yang hidup dalam himpitan dinding pemisah di mana mereka bahkan tidak memiliki tempat lagi untuk perkuburan. Atau mungkin bukan tidak mengetahui, melainkan tidak mahu mengetahui. (mrz/pnn)